Rabu, 22 Juli 2009

Dari Sungai ke MCK (Prilaku hidup bersih)

OM Jhon dan warga desanya, sudah terbiasa melakukan rutinitas BAB (Buang Air Besar) di sungai. Suatu ketika, ada program sanitasi masuk ke desanya dengan Konsep Sanitasi Total Masyarakat. Om Jhon sebagai salah satu penerima bantuan, karena di rumahnya tidak ada fasilitas MCK (Mandi,Cuci,Kakus). Om Jhon dan warga desanya begitu bersemangat, seakan berlomba membangun fasilitas ini dengan cara gotomg - royong.

Sudah dua bulan, fasilitas MCK ini berdiri megah di rumah Om Jhon, tetapi Om Jhon baru satu kali masuk dan mencoba melakukan rutinitas BAB. Om Jhon hanya melihat saja bangunan itu dan mulai membandingkan bangunan miliknya dengan milik tetangganya. Ternyata bangunan saya masih lebih megah dari tetangga saya, ungkapnya.

Suatu kali, para fasililator lokal mendatangi Om Jhon, dan menanyakan tentang manfaat dari fasilitas yang ada dirumahnya.Dengan gagah Om Jhon mengatakan " fasilitas ini sangat bagus karena begitu bagusnya sehingga saya tidak mau menggunakanya". "Lebih baik saya ke sungai karena disana, saya lebih merasa nyaman dan segar. Begitu pantat saya masuk ke sungai, kotoran saya pun ikut keluar dan terhanyut aliran sungai. Saya sudah mencoba jongkok diatas closed itu, tetapi kotoran saya tidak mau keluar. Sudah berjam -jam sampai kaki saya kesemutan/kram, akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke sungai dan disana saya bisa merasa legahhhhhhhhhhhhh.

Read more...

Senin, 13 Juli 2009

Belajar berteman, Teman belajar

Saat ini, banyak sekali proyek atau bantuan, berkaitan dengan pelestarian hutan mangrove. Baik dari pemerintah, seperti dinas kehutanan,dll maupun pihak swasta, yang peduli untuk melakukan rehabilitasi terhadap hutan mangrove. Pemerintah dan swasta, bekerja sama dengan masyarakat lokal, untuk melakukan pembibitan dan penanaman. Ide atau gagasan, untuk melakukan rehabilitasi hutan mangrove ini, berasal dari pemerintah atau pihak swasta. Sedangkan masyarakat hanya sebagai pelaksana saja. Dan ide atau gagasan ini, disertai dengan uang untuk membayar masyarakat lokal. Disatu sisi, membuat masyarakat menjadi semangat dalam bekerja, dan mendapatkan lapangan pekerjaan, yang walaupun dalam jangka waktu yang tidak terlalu panjang. Di sisi lain, menciptakan masyarakat yang berorientasi pada uang dan uang. Pemberdayaan masyarakat belum diterapkan secara maksimal.


Namun ada juga masyarakat, yang walaupun tanpa bantuan dan dukungan dana, mereka mau melakukannya sendiri. Seperti yang dilakukan oleh Bapak Raslom Kakalang dari Desa Darunu, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara. Sejak Tahun 2005, Bapak Raslom yang biasa disapa Akang Ra, oleh masyarakat di desanya,sudah mulai menanam bibit pohon Mangrove. Namun bibit yang ditanam semuanya mati, karena dicabut oleh orang -orang yang belum mengerti, manfaat dari hutan mangrove dan juga jenis bibit dan tingkat salinitas.Ide penanaman mangrove ini muncul, karena banyak sekali lahan kritis yang ada di desanya. Lahan kritis akibat pengalihan fungsi lahan menjadi tambak/empang. Walau bibit yang ditanam, pada umumnya mati, Bapak Raslom Kakalang tidak pernah patah arang.Beliau terus menanam dan menanam. Dari pengalamannya menanam mangrove, Bapak Raslom dapat belajar secara otodidak. Beliau mulai bisa membedakan jenis bibit dan lokasi pertumbuhan bibit, substrat dan salinitas.



LPTP Manado dan Danone Aqua, akan melakukan pembangunan fasilitas mangrove park di Desa Darunu dan Keluarahan Tongkaina, lingkungan IV (Bahowo). Persiapan awal adalah pembentukkan kelompok. Karena kelompok akan menjadi motor penggerak dalam program ini. Nama kelompok Bahari untuk Desa Darunu. Bapak Raslom Kakalang tertarik kemudian bergabung dengan kelompok ini. Program kelompok saat ini, adalah melakukan pembibitan bakau dan penyulaman. Pembibitan yang dikembangkan oleh kelompok Bahari, akan dijual ke PNPM Lingkungan yang saat ini masuk di Desa Darunu. Anggota kelompok Bahari, sangat percaya dan bergantung pada Bapak Raslom Kakalang karena kinerja dan pengalaman belajarnya, melebihi kemampuan anggota kelompok yang lain. Semangat Partisipasi dan kerja keras, yang telah ditunjukkan oleh Bapak Raslom Kakalang, mudah - mudahan ditiru dan dilaksanakan oleh anggota kelompok dan kita semua.

Read more...

Kamis, 25 Juni 2009

REQUIESCAT IN PACE, SIAN MARE

Awal Tahun 2006,program microfinance masuk di Desa Budo, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara.Banyak masyarakat yang tertarik, kemudian bergabung dalam program ini, termasuk Bapak Sian Mare. Pekerjaan bapak Sian Mare waktu itu adalah KKO (Kelao,Kedara Ore) alias nelayan, petani, tukang dan sebagainya. Intinya waktu itu,pekerjaannya serabutan yang penting, asap dapur mengepul.

Begitu mendengar microfinance saat sosialisasi, beliau langsung bergabung dan mengajukan pinjaman alat, dalam bentuk mesin kompresor.Mesin kompresor ini,digunakan sebagai alat untuk menyelam. Dengan pengetahuan yang minim, beliau rela belajar pada kenalannya yang berada di Desa Bangka, Kecamatan Likupang.

Walau resikonya sangat tinggi, bapak Sian nekad mengambil alat kompresor ini.Teknik -teknik dasar untuk menyelam dengan kompresor sudah dipelajari dan teknik untuk mengatasi depresi sudah diketahui dengan pasti. Udara dalam tabung kompresor mengandung nitrogen yang sangat tinggi, sekitar 70 % dan 30 % adalah oksigen, sehabis menyelam, Pak Sian langsung minum kopi dingin untuk menetralisir kerongkongan.Semuanya sudah diketahui dengan pasti.

Hasil dari pekerjaan ini dirasa cukup tinggi, sehingga teman - temannya tertarik untuk mengikuti jejaknya dengan membeli alat kompresor ini.
Sebagai nelayan, penampilannya sederhana dan mudah bergaul dengan semua orang. Disaat kebanyakkan orang beriorientasi pada uang dalam pertemanan, bapak Sian Mare malah sebaliknya. Uang itu nomor sekian, yang penting adalah menjalin pertemanan yang baik dengan semua orang. Kita harus berbuat baik dengan orang lain, ungkapnya.

Tanggal 23 Juni 2009, Bapak Sian bersama 2 rekannya melaut.Dengan menggunakan alat kompresor sebagai penyalur udara, bapak Sian memanah ikan. Hasil tangkapan ikan ini, akan diberikan kepada saudaranya yang hendak menikah di Desa Palaes,Kecamatan Likupang. Karena keashikkan mendapatkan banyak ikan, beliau mendapatkan depresi. Sekujur tubuhnya terasa kram dan kaku.Kedua rekannya segera membawanya ke pantai dan menggendong ke rumahnya. Pengobatan yang diberikan oleh keluarga tidak dapat menyelamatkan nyawa Bapak Sian Mare. Orang yang sederhana, murah senyum dan mudah bergaul itu,telah pergi untuk selamanya. Meninggalkan duka yang dalam bagi istri,anak dan orang tua serta kerabatnya. Selamat Jalan Kawan, Istirahatlah dalam damai,Requiescat In Pace.

Read more...

Rabu, 10 Juni 2009

Gara -gara Terung

Kalau tidak biasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, hasilnya bisa  berabe. Seperti yang dialami oleh Om Ape, nelayan yang berasal dari salah satu desa di Kecamatan Wori. Sebagai masyarakat nelayan yang tinggal di pedesaan, setiap hari Om Ape selalu menggunakan bahasa daerahnya, bahasa Siau. Kalau ada tamu atau Om Ape ke Manado, dia menggunakan bahasa melayu Manado.  

Menjalani kehidupan sebagai nelayan tradisional, memang agak berat menurut pandangan Om Ape. Ikan - ikan  semakin hari semakin berkurang dan kalaupun ada, jaraknya sangat jauh. Dengan mengandalkan  perahu kecil  dan dayung kayu, niscaya tidak akan pernah mendapatkan hasil  sesuai dengan kehendaknya.
Menghadapi persoalan ini, Om Ape lalu mulai banting stir. Dengan keahlian tukang kayu, yang pernah beliau dapati  semasa muda, Om Ape dan teman-teman se -desanya  nekad berangkat ke Kalimantan. Informasi yang di peroleh Om Ape dan teman-teman, di Kalimantan sedang dibangun sarana rumah ibadat dan memerlukan tenaga  kasar  yang cukup besar. Mendapatkan informasi yang belum terlalu jelas ini, Om Ape dan rombongannya, langsung tembus ke pulau Borneo itu.  
Sudah seminggu, Om Ape dan rekan-rekannya berada di pulau ini dan sudah bekerja sebagai tukang bangunan. Pagi itu, salah satu warga, berkunjung ke basecamp, tempat Om Ape dan rekan-rekan menginap. Warga yang baik hati ini, menawarkan sayur terung kepada Om Ape.     " Om,  kalau suka makan sayur terung, langsung petik saja di kebun sana". Ungkap warga ini, sekaligus menunjuk kebun tersebut. Dengan senang hati, Om ape menyambut tawaran sang warga, dan segera ke kebun tersebut.
Di dalam kebun  ini, Om Ape kebingungan. Dia sudah mengitari kebun dan mencari  terung tapi tidak melihat sayur yang namanya terung ini. Sudah  20 menit, Om Ape hanya berdiri menatap kebun dan sayuran yang ada didalamnya. Melihat Om Ape kebingungan, warga tadi datang dan langsung  memetik  buah terung yang ada didekat om Ape. Rasa marah, malu bercampur dalam kepala om Ape. Dengan dialeknya yang khas, om Ape berujar: Keodeeee....Poki-poki kua mo bilang terung.

Read more...

Kamis, 04 Juni 2009

Kuliah Kerja Nyata atau Kuliah Kerja Nyasar (KKN)

Program Kuliah Kerja Nyata, yang digulirkan oleh Pihak Kampus dan dilaksanakan oleh para mahasiswa, merupakan bagian dari program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat. Mahasiswa dibagi dalam kelompok, masing -masing kelompok biasanya 7-8 orang dari berbagai fakultas. Kemudian mahasiswa turun langsung ke desa - desa dan hidup bersama dengan masyarakat desa, selama beberapa bulan tentunya. Melihat dan merasakan kehidupan orang kampung (desa). Kehadiran para mahasiswa/mahasiswi KKN di suatu desa, mendapat perhatian lebih dari masyarakat. Terlebih para pemuda/pemudi desa. Mereka mulai berkunjung ke posko dan memperkenalkan diri. Ada yang malu beneran (pemudi), ada yang malu-malu kucing (pemuda dan pemudi)  dan ada juga yang tidak tahu malu (pemuda). Itulah suasana awal kedatangan dan perkenalan antara  mahasiswa/i KKN dengan pemuda/i di posko. Sementara itu, dalam kelompok mahasiswa/i KKN, masih juga terjadi pertemanan yang lebih mendalam karena latar belakang fakultas dan basic pengetahuan yang berbeda.
Setelah beberapa hari di lokasi, Mahasiawa/i mulai melakukan pengamatan dan pendataan terhadap masyarakat dan pendekatan dengan pemerintah khususnya kepala - kepala  lingkungan. Mulai berusaha menyusun program, baik program fisik maupun non fisik. Program yang dibuat,  semuanya berdasarkan pengamatan mahasiswa KKN. Program fisik yang umum dilakukan mahasiswa KKN, adalah Membuat papan nama, batas lingkungan, gapura dan lain-lain. Sedangkan program non fisik yang biasa dilakukan adalah: Memberikan pelajaran kepada siswa sekolah Dasar di sekolah, memberikan pelajaran tambahan diluar jam sekolah. Dengan memberikan pelajaran ini, kebanyakkan mahasiswa/i, biasa dipanggil "guru".
Kembali ke program yang dibuat oleh Mahasiswa/i KKN. Program yang dibuat oleh mereka (Mahasiswa), pada umumnya berdasarkan pengamatan dan pendataan yang dilakukan. Mahasiswa/i tidak melakukan kajian kebutuhan atau Need Assesment bersama dengan masyarakat dan pemerintah desa. Dengan melakukan kajian kebutuhan, diharapkan apa yang menjadi kebutuhan di desa dapat dicarikan solusi secara bersama. Pemberdayaan mayarakat yang menekankan partisipasi masyarakat dapat dilakukan oleh Mahasiswa/i KKN. Untuk membuat kajian kebutuhan (need assesment), mahasiswa mungkin belum terlalu tahu dan paham tentang hal ini. Oleh karena itu, Pihak LPM  dan juga dosen pembimbing KKN, harus memberikan arahan bahkan pelatihan untuk mereka yang mau KKN. Pemberdayaan Masyarakat, seakan dilupakan oleh Mahasiswa, sehingga program KKN menciptakan Mahasiswa/i sebagai Sinterklas. Itu untuk mahasiswa yang mengambil KKN di desa.
Mereka yang mengambil KKN di perkotaan, yang biasa disebut juga KKN SATGAS, ceritranya mirip ama yang di desa. Tapi KKN Satgas yang ditempatkan dikampus, pada umumnya hanya duduk-duduk saja. Sistem dari program KKN ini, perlu ditinjau kembali, supaya pengabidian dan pemberdayaan masyarakat betul-betul dilakukan oleh Mahasiswa KKN.  Salam

Read more...

Minggu, 31 Mei 2009

Mendampingi Kelompok, Kelompok Dampingan

    Bantuan dari pemerintah untuk masyarakatnya,  dalam beberapa tahun terakhir ini memang diyakini sangat banyak. Dan bantuan ini  diberikan  dalam berbagai  bidang seperti: Pertanian, perikanan dan  kelautan, peternakan, kesehatan  dan lain sebagainya,  melalui program atau proyek seperti: PPK - PNPM, P2KP,  BLT dan lainnya.  Semua bantuan yang diberikan ini, bertujuan agar masyarakat mampu bangkit dari kemiskinannya dan menjadi mandiri. Bantuan ini disalurkan baik secara perorangan maupun secara berkelompok. Tapi yang terjadi pada umumnya, dalam bentuk kelompok. 

    Pembentukkan kelompok ditengah-tengah masyarakat,  agar kelompok masyarakat dapat bekerjasama dan bekerja secara bersama-sama. Dengan demikian,  kelompok dapat mandiri dan keluar dari keterpurukan kondisi mereka, secara bersama. Pembentukkan kelompok dan pendampingan kelompok, pada umumnya terjadi jika ada sebuah proyek atau program yang digulirkan, baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Pada saat sebuah proyek itu hadir,  seorang fasilitator yang telah ditunjuk, mulai turun ke daerah sasaran proyek dan mulai melakukan pendekatan dengan pemerintah dan masyarakat. Pendekatan ini dinamakan sosialisasi informal.  Setelah itu dilakukan sosialisasi formal.

Selepas Sosialisasi formal, dilakukan pembentukkan kelompok sasaran atau penerima manfaat dari sebuah proyek yang dimaksud. Setelah itu, dilakukan program pendampingan kelompok dalam bentuk pelatihan-pelatihan dan sebagainya. Kegiatan pendampingan kelompok yang dilakukan, diharapkan kelompok menjadi kuat dan pada akhirnya bisa mandiri. Dengan semakin kuatnya kelompok, menjadikan kelompok tidak bergantung lagi pada seorang fasilitator/pendamping.

Kenyataan yang terjadi dilapangan adalah bahwa pada saat adanya proyek, pembentukkan dan pendampingan kelompok,  intensif dilakukan oleh para fasilitator/pendamping. Tujuannya sudah jelas: proyek sudah disalurkan dan dapat berjalan. Namun penguatan kelompok yang mengarah pada kemandirian masih jauh dari harapan, sehingga kelompok masih bergantung pada para fasilitator ini. Ketergantungan kelompok terhadap fasilitator ini masih begitu kuat tetapi sang fasilitator menghilang entah kemana. Menghilangnya sang fasilitator diakibatkan oleh proyek yang sudah tidak ada lagi. Pada akhirnya, kelompok pun bubar. "Ada proyek, ada kelompok, Habis proyek,habis kelompok".

Dengan adanya proyek maka ada kelompok dan habis proyek, bubarlah kelompok, menimbulkan preseden yang buruk ditengah masyarakat. Orientasi masyarakat lebih kepada bantuan dan proyek. Sebaiknya, sebuah proyek yang ideal harus dipikirkan sampai pada penguatan kelompok, supaya kelompok masyarakat benar -benar menjadi mandiri.

Salamm

Read more...

Minggu, 17 Mei 2009

POHON MANGROVE BERDAUN KANTONG KRESEK

Pohon Mangrove, harusnya berdaun hijau atau berdaun mangrove juga, tetapi  mangrove  yang  ditemukan oleh sejumlah nelayan,  memiliki  perbedaan yang sangat khas, dimana pohon mangrove ini berdaun kantong plastik/kresek. Sehingga mereka menyebutnya sebagai mangrove plastik. Pohon Mangrove ini ditemukan di Pantai Molas, belakang Nusantara Diving Centre.

Menurut para nelayan,  pohon mangrove ini berubah daunnya, akibat sampah-sampah plastik yang dibuang oleh masyarakat ke sungai, ke got/parit dibawa air kemudian  bermuara ke laut. Disamping itu, para penumpang kapal juga membuang sampah-sampah mereka ke laut. Pola pikir masyarakat kita terhadap pembuangan dan  pengelolaan sampah masih sangat minim; ungkap Pak Arter, nelayan desa Molas.
Disamping itu pula, reklamasi pantai yang terjadi dari pantai Malalayang hingga pantai Molas, sudah merusak terumbu karang dan merusak bentang pantai yang sesungguhnya. Hal ini mengakibatkan perputaran arah arus laut pun berubah-ubah. Perubahan arus laut ini mengakibatkan sampah-sampah bertumpukkan di pantai Manado dan sekitarnya; Ungkapnya.
tapi ini harus dilakukan penelitian yang cermat dari pakar biologi kelautan tentang hal ini; tambahnya. Sampah - sampah plastik yang bertumpukkan di akar-akar mangrove menyebabkan pohon mangrove ini tidak bisa bernapas dan perlahan tapi pasti, pohon ini akan mati. Saatnya kita peduli terhadap lingkungan laut(costal and ocean).

Read more...

About This Blog

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP