Kamis, 25 Juni 2009

REQUIESCAT IN PACE, SIAN MARE

Awal Tahun 2006,program microfinance masuk di Desa Budo, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara.Banyak masyarakat yang tertarik, kemudian bergabung dalam program ini, termasuk Bapak Sian Mare. Pekerjaan bapak Sian Mare waktu itu adalah KKO (Kelao,Kedara Ore) alias nelayan, petani, tukang dan sebagainya. Intinya waktu itu,pekerjaannya serabutan yang penting, asap dapur mengepul.

Begitu mendengar microfinance saat sosialisasi, beliau langsung bergabung dan mengajukan pinjaman alat, dalam bentuk mesin kompresor.Mesin kompresor ini,digunakan sebagai alat untuk menyelam. Dengan pengetahuan yang minim, beliau rela belajar pada kenalannya yang berada di Desa Bangka, Kecamatan Likupang.

Walau resikonya sangat tinggi, bapak Sian nekad mengambil alat kompresor ini.Teknik -teknik dasar untuk menyelam dengan kompresor sudah dipelajari dan teknik untuk mengatasi depresi sudah diketahui dengan pasti. Udara dalam tabung kompresor mengandung nitrogen yang sangat tinggi, sekitar 70 % dan 30 % adalah oksigen, sehabis menyelam, Pak Sian langsung minum kopi dingin untuk menetralisir kerongkongan.Semuanya sudah diketahui dengan pasti.

Hasil dari pekerjaan ini dirasa cukup tinggi, sehingga teman - temannya tertarik untuk mengikuti jejaknya dengan membeli alat kompresor ini.
Sebagai nelayan, penampilannya sederhana dan mudah bergaul dengan semua orang. Disaat kebanyakkan orang beriorientasi pada uang dalam pertemanan, bapak Sian Mare malah sebaliknya. Uang itu nomor sekian, yang penting adalah menjalin pertemanan yang baik dengan semua orang. Kita harus berbuat baik dengan orang lain, ungkapnya.

Tanggal 23 Juni 2009, Bapak Sian bersama 2 rekannya melaut.Dengan menggunakan alat kompresor sebagai penyalur udara, bapak Sian memanah ikan. Hasil tangkapan ikan ini, akan diberikan kepada saudaranya yang hendak menikah di Desa Palaes,Kecamatan Likupang. Karena keashikkan mendapatkan banyak ikan, beliau mendapatkan depresi. Sekujur tubuhnya terasa kram dan kaku.Kedua rekannya segera membawanya ke pantai dan menggendong ke rumahnya. Pengobatan yang diberikan oleh keluarga tidak dapat menyelamatkan nyawa Bapak Sian Mare. Orang yang sederhana, murah senyum dan mudah bergaul itu,telah pergi untuk selamanya. Meninggalkan duka yang dalam bagi istri,anak dan orang tua serta kerabatnya. Selamat Jalan Kawan, Istirahatlah dalam damai,Requiescat In Pace.

Read more...

Rabu, 10 Juni 2009

Gara -gara Terung

Kalau tidak biasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, hasilnya bisa  berabe. Seperti yang dialami oleh Om Ape, nelayan yang berasal dari salah satu desa di Kecamatan Wori. Sebagai masyarakat nelayan yang tinggal di pedesaan, setiap hari Om Ape selalu menggunakan bahasa daerahnya, bahasa Siau. Kalau ada tamu atau Om Ape ke Manado, dia menggunakan bahasa melayu Manado.  

Menjalani kehidupan sebagai nelayan tradisional, memang agak berat menurut pandangan Om Ape. Ikan - ikan  semakin hari semakin berkurang dan kalaupun ada, jaraknya sangat jauh. Dengan mengandalkan  perahu kecil  dan dayung kayu, niscaya tidak akan pernah mendapatkan hasil  sesuai dengan kehendaknya.
Menghadapi persoalan ini, Om Ape lalu mulai banting stir. Dengan keahlian tukang kayu, yang pernah beliau dapati  semasa muda, Om Ape dan teman-teman se -desanya  nekad berangkat ke Kalimantan. Informasi yang di peroleh Om Ape dan teman-teman, di Kalimantan sedang dibangun sarana rumah ibadat dan memerlukan tenaga  kasar  yang cukup besar. Mendapatkan informasi yang belum terlalu jelas ini, Om Ape dan rombongannya, langsung tembus ke pulau Borneo itu.  
Sudah seminggu, Om Ape dan rekan-rekannya berada di pulau ini dan sudah bekerja sebagai tukang bangunan. Pagi itu, salah satu warga, berkunjung ke basecamp, tempat Om Ape dan rekan-rekan menginap. Warga yang baik hati ini, menawarkan sayur terung kepada Om Ape.     " Om,  kalau suka makan sayur terung, langsung petik saja di kebun sana". Ungkap warga ini, sekaligus menunjuk kebun tersebut. Dengan senang hati, Om ape menyambut tawaran sang warga, dan segera ke kebun tersebut.
Di dalam kebun  ini, Om Ape kebingungan. Dia sudah mengitari kebun dan mencari  terung tapi tidak melihat sayur yang namanya terung ini. Sudah  20 menit, Om Ape hanya berdiri menatap kebun dan sayuran yang ada didalamnya. Melihat Om Ape kebingungan, warga tadi datang dan langsung  memetik  buah terung yang ada didekat om Ape. Rasa marah, malu bercampur dalam kepala om Ape. Dengan dialeknya yang khas, om Ape berujar: Keodeeee....Poki-poki kua mo bilang terung.

Read more...

Kamis, 04 Juni 2009

Kuliah Kerja Nyata atau Kuliah Kerja Nyasar (KKN)

Program Kuliah Kerja Nyata, yang digulirkan oleh Pihak Kampus dan dilaksanakan oleh para mahasiswa, merupakan bagian dari program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat. Mahasiswa dibagi dalam kelompok, masing -masing kelompok biasanya 7-8 orang dari berbagai fakultas. Kemudian mahasiswa turun langsung ke desa - desa dan hidup bersama dengan masyarakat desa, selama beberapa bulan tentunya. Melihat dan merasakan kehidupan orang kampung (desa). Kehadiran para mahasiswa/mahasiswi KKN di suatu desa, mendapat perhatian lebih dari masyarakat. Terlebih para pemuda/pemudi desa. Mereka mulai berkunjung ke posko dan memperkenalkan diri. Ada yang malu beneran (pemudi), ada yang malu-malu kucing (pemuda dan pemudi)  dan ada juga yang tidak tahu malu (pemuda). Itulah suasana awal kedatangan dan perkenalan antara  mahasiswa/i KKN dengan pemuda/i di posko. Sementara itu, dalam kelompok mahasiswa/i KKN, masih juga terjadi pertemanan yang lebih mendalam karena latar belakang fakultas dan basic pengetahuan yang berbeda.
Setelah beberapa hari di lokasi, Mahasiawa/i mulai melakukan pengamatan dan pendataan terhadap masyarakat dan pendekatan dengan pemerintah khususnya kepala - kepala  lingkungan. Mulai berusaha menyusun program, baik program fisik maupun non fisik. Program yang dibuat,  semuanya berdasarkan pengamatan mahasiswa KKN. Program fisik yang umum dilakukan mahasiswa KKN, adalah Membuat papan nama, batas lingkungan, gapura dan lain-lain. Sedangkan program non fisik yang biasa dilakukan adalah: Memberikan pelajaran kepada siswa sekolah Dasar di sekolah, memberikan pelajaran tambahan diluar jam sekolah. Dengan memberikan pelajaran ini, kebanyakkan mahasiswa/i, biasa dipanggil "guru".
Kembali ke program yang dibuat oleh Mahasiswa/i KKN. Program yang dibuat oleh mereka (Mahasiswa), pada umumnya berdasarkan pengamatan dan pendataan yang dilakukan. Mahasiswa/i tidak melakukan kajian kebutuhan atau Need Assesment bersama dengan masyarakat dan pemerintah desa. Dengan melakukan kajian kebutuhan, diharapkan apa yang menjadi kebutuhan di desa dapat dicarikan solusi secara bersama. Pemberdayaan mayarakat yang menekankan partisipasi masyarakat dapat dilakukan oleh Mahasiswa/i KKN. Untuk membuat kajian kebutuhan (need assesment), mahasiswa mungkin belum terlalu tahu dan paham tentang hal ini. Oleh karena itu, Pihak LPM  dan juga dosen pembimbing KKN, harus memberikan arahan bahkan pelatihan untuk mereka yang mau KKN. Pemberdayaan Masyarakat, seakan dilupakan oleh Mahasiswa, sehingga program KKN menciptakan Mahasiswa/i sebagai Sinterklas. Itu untuk mahasiswa yang mengambil KKN di desa.
Mereka yang mengambil KKN di perkotaan, yang biasa disebut juga KKN SATGAS, ceritranya mirip ama yang di desa. Tapi KKN Satgas yang ditempatkan dikampus, pada umumnya hanya duduk-duduk saja. Sistem dari program KKN ini, perlu ditinjau kembali, supaya pengabidian dan pemberdayaan masyarakat betul-betul dilakukan oleh Mahasiswa KKN.  Salam

Read more...

About This Blog

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP