Pilihan Kami tetap Megawati
Spontanitas Masyarakat Di Kecamatan Wori.
Hiruk pikuk menjelang pemilu 2009, mulai digelar partai - partai politik dan para calon legislatif. Berbagai aktivitas untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat dipamerkan di mana-mana. Mulai dari perekrutan pengurus partai di tingkat desa/kelurahan/kecamatan, pelantikkan pengurus, bagi-bagi sembako gratis untuk Lansia (Lanjut Usia), Aksi Donor Darah, sampai makan - minum bersama ala partai dan caleg. Tidak hanya itu bahkan beribadah di gereja sekaligus memberikan sumbangan diperagakannya bagaikan seorang dermawan sejati. Berbagai kegiatan dan ungkapan yang dilontarkan semata-mata bertujuan "merayu" masyarakat untuk memilih partai dan calonnya pada pemilu 2009. Peragaan lainnya, di saat kegiatan ini banyak mobil mewah terparkir di jalan - jalan desa.
Bagi mereka yang mendapatkan kepercayaan sebagai pengurus partai, hal ini merupakan suatu kesempatan untuk belajar berpolitik dan mengorganisir massa pemilih. Tujuannya agar cita-cita partai dapat terwujud. Untuk mereka yang mendapatkan bantuan sembako, kegiatan ini dirasa sangat bermanfaat karena telah meringankan beban keluarga mengingat harga bahan kebutuhan pokok serba mahal. Kehadiran caleg dan parpol yang memberikan bantuan sembako ini, memungkinkan masyarakat dapat menghemat keuangan walau hanya bisa bertahan untuk beberapa hari saja. Ini terungkap secara spontan dari mulut masyarakat penerima di saat ngobrol bersama di salah satu desa Di Kecamatan Wori.
Pada suatu kesempatan berdialog dengan masyarakat, ketika ditanya mengenai partai dan caleg untuk DPR Kabupaten Minahasa Utara daerah pemilihan Kecamatan Wori dan Likupang, caleg DPR Propinsi Sulawesi Utara dan juga calon legislatif DPR-RI, mereka menyatakan bahwa tidaklah penting apa partainya namun yang menentukan adalah apakah calon tersebut benar - benar merakyat atau tidak. Maksudnya, calon tersebut harusnya dikenal dan mengenal dengan baik masyarakat yang diwakilinya. Pendapat ini berdasarkan pengalaman mereka di waktu-waktu yang lalu dimana para calon anggota legislatif dan juga partai politik hanya membutuhkan tenaga dan suara masyarakat pada saat pemilu. Selesai pemilu yang juga dikenal dengan istilah pesta demokrasi, berakhirlah semuanya: makan bersama, persembahan di gereja, 'pameran' mobil mewah yang diparkir di jalan-jalan desa, bantuan sembako selain RASKIN tidak dilaksanakan lagi. Bahkan batang hidung para calon (yang sudah menjadi anggota legislatif) itu menghilang entah kemana (di gedung DPRD ?). Namun ada satu hal yang pasti yaitu mereka akan datang merayu kembali 5 tahun berikut untuk pemilu lagi, demikian ungkapan kepasrahan masyarakat pemberi suara.
"Kami memang pemilih yang fanatik karena dari dulu kami sudah di GOLKAR, PDI/PDI-P, PPP dan malahan di desa - desa, kami bisa membedakan mana orang - orangnya GOLKAR, PDI-P dan PPP. Kami bisa saling bertikai di dalam keluarga antara kakak dan adik, suami - istri, gara - gara mempertahankan partai masing-masing. Tetapi sekarang ini, kami sudah tidak terlalu menghiraukan lagi karena partai politik ternyata tidak memberi manfaat yang berarti dalam hidup dan kehidupan kami. Hanya saja untuk pemilihan presiden tahun 2009 nanti, kami tetap memilih Ibu Megawati Soekarno Putri.
Dari uraian di atas tergambar dengan gamblang bagaimana kinerja partai politik sebelum dan sesudah pemilihan umum. Partai politik tidak konsisten bahkan tidak peduli dengan massa pemilihnya. Memang ada saat-saat tertentu digelar acara temu konstituen dari Anggota Dewan Yang terhormat yang sudah duduk di rumah rakyat alias kantor DPR. Tetapi yang melakukan kegiatan ini hanya beberapa orang anggota dewan saja dan yang hadir juga segelintir orang karena umumnya masyarakat tidak mendapat informasi tentang acara tersebut.
Menurut pendapat saya pribadi, jika saja setiap partai politik melakukan pendekatan secara terus menerus dengan kader partai dan massa pemilih minimal satu bulan satu kali niscaya massa real partai bisa terlihat jelas bahkan mungkin bisa bertambah. Dalam pemilu 2004 yang lalu perolehan suara PDI-P turun drastis dibandingkan dengan pemilu 1999 sedangkan perolehan suara untuk GOLKAR naik untuk pemilu 2004 dibandingkan dengan pemilu 1999. Saatnya berbuat untuk rakyat sehingga pekikan merdeka bukan hanya slogan belaka. namun mampu membangkitkan semangat kita sebagaimana juga bisa benar-benar membuat rakyat merdeka.
Bagi mereka yang mendapatkan kepercayaan sebagai pengurus partai, hal ini merupakan suatu kesempatan untuk belajar berpolitik dan mengorganisir massa pemilih. Tujuannya agar cita-cita partai dapat terwujud. Untuk mereka yang mendapatkan bantuan sembako, kegiatan ini dirasa sangat bermanfaat karena telah meringankan beban keluarga mengingat harga bahan kebutuhan pokok serba mahal. Kehadiran caleg dan parpol yang memberikan bantuan sembako ini, memungkinkan masyarakat dapat menghemat keuangan walau hanya bisa bertahan untuk beberapa hari saja. Ini terungkap secara spontan dari mulut masyarakat penerima di saat ngobrol bersama di salah satu desa Di Kecamatan Wori.
Pada suatu kesempatan berdialog dengan masyarakat, ketika ditanya mengenai partai dan caleg untuk DPR Kabupaten Minahasa Utara daerah pemilihan Kecamatan Wori dan Likupang, caleg DPR Propinsi Sulawesi Utara dan juga calon legislatif DPR-RI, mereka menyatakan bahwa tidaklah penting apa partainya namun yang menentukan adalah apakah calon tersebut benar - benar merakyat atau tidak. Maksudnya, calon tersebut harusnya dikenal dan mengenal dengan baik masyarakat yang diwakilinya. Pendapat ini berdasarkan pengalaman mereka di waktu-waktu yang lalu dimana para calon anggota legislatif dan juga partai politik hanya membutuhkan tenaga dan suara masyarakat pada saat pemilu. Selesai pemilu yang juga dikenal dengan istilah pesta demokrasi, berakhirlah semuanya: makan bersama, persembahan di gereja, 'pameran' mobil mewah yang diparkir di jalan-jalan desa, bantuan sembako selain RASKIN tidak dilaksanakan lagi. Bahkan batang hidung para calon (yang sudah menjadi anggota legislatif) itu menghilang entah kemana (di gedung DPRD ?). Namun ada satu hal yang pasti yaitu mereka akan datang merayu kembali 5 tahun berikut untuk pemilu lagi, demikian ungkapan kepasrahan masyarakat pemberi suara.
"Kami memang pemilih yang fanatik karena dari dulu kami sudah di GOLKAR, PDI/PDI-P, PPP dan malahan di desa - desa, kami bisa membedakan mana orang - orangnya GOLKAR, PDI-P dan PPP. Kami bisa saling bertikai di dalam keluarga antara kakak dan adik, suami - istri, gara - gara mempertahankan partai masing-masing. Tetapi sekarang ini, kami sudah tidak terlalu menghiraukan lagi karena partai politik ternyata tidak memberi manfaat yang berarti dalam hidup dan kehidupan kami. Hanya saja untuk pemilihan presiden tahun 2009 nanti, kami tetap memilih Ibu Megawati Soekarno Putri.
Dari uraian di atas tergambar dengan gamblang bagaimana kinerja partai politik sebelum dan sesudah pemilihan umum. Partai politik tidak konsisten bahkan tidak peduli dengan massa pemilihnya. Memang ada saat-saat tertentu digelar acara temu konstituen dari Anggota Dewan Yang terhormat yang sudah duduk di rumah rakyat alias kantor DPR. Tetapi yang melakukan kegiatan ini hanya beberapa orang anggota dewan saja dan yang hadir juga segelintir orang karena umumnya masyarakat tidak mendapat informasi tentang acara tersebut.
Menurut pendapat saya pribadi, jika saja setiap partai politik melakukan pendekatan secara terus menerus dengan kader partai dan massa pemilih minimal satu bulan satu kali niscaya massa real partai bisa terlihat jelas bahkan mungkin bisa bertambah. Dalam pemilu 2004 yang lalu perolehan suara PDI-P turun drastis dibandingkan dengan pemilu 1999 sedangkan perolehan suara untuk GOLKAR naik untuk pemilu 2004 dibandingkan dengan pemilu 1999. Saatnya berbuat untuk rakyat sehingga pekikan merdeka bukan hanya slogan belaka. namun mampu membangkitkan semangat kita sebagaimana juga bisa benar-benar membuat rakyat merdeka.
A M I N
0 komentar:
Posting Komentar