Untuk Masyarakat Desa Darunu, sejarah desa mereka memiliki dua versi yang berbeda namun untuk pemerintah desa saat ini menggabungkan dua versi tersebut menjadi sebuah ceritra sejarah yang baku untuk desa ini dan inilah ceritranya: Pada sekitar tahun 1833, ada seorang pengembara yang berasal dari daerah Bolaang Mongondow yang bernama: Ponto, datang ke daerah ini dan dia tinggal di suatu tempat yang dinamainya Ponto sama seperti namanya.
Setelah tinggal beberapa waktu lamanya dia merasa bosan sehingga ia memutuskan untuk melanjutkan pengembaraannya kearah barat. Dalam Perjalanan ini dia merasa sangat letih lalu dia beristirahat di bawah serumpun bambu dan pada saat mulai tertidur, ia mendengar suara langkah kaki orang yang sedang berjalan; terdorong oleh rasa ingin tahu ia bergegas bangun dan mencari- cari asal suara tersebut dan ternyata langkah kaki seorang wanita. Dia pun mendekati wanita tersebut lalu terjadilah perkenalan diantara keduanya.Nama wanita itu adalah Dalonu. Selang beberapa waktu kemudian mereka berdua pun menikah dan dari perkawinan ini mereka dikarunia seorang anak laki - laki kemudian mereka beri nama Ponto Dalonu sesuai dengan nama mereka berdua. Tempat dimana mereka tinggal diberi nama Ponto Dalonu juga.
Kira - kira pada tahun 1835, Dotu - dotu dari Pulau Siau mulai berdatangan ke tempat itu dan menetap di tempat ini hingga menjadi sebuah pemukiman penduduk; ketika itu datang juga orang Belanda ke tempat ini. Mereka semua kesulitan untuk menyebut nama tempat tersebut Ponto Dalonu hingga mereka hanya menyebut Dalonu yang selanjutnya berubah menjadi
Darunu sampai saat ini.
Penduduk Desa DarunuJumlah penduduk Desa Darunu untuk tahun 2008 berjumlah 730 jiwa dengan rincian jumlah laki - laki 374 jiwa dan perempuan berjumlah 356 jiwa. Untuk mata pencaharian masyarakat hampir semuanya bermata pencaharian sebagai petani dan sebagian kecil sebagai nelayan dan tukang.
Tingkat pendidikan untuk penduduk desa ini masih terbilang rendah karena data dari pemerintah desa menunjukkan bahwa hanya 12 orang yang mencapai pendidikan tinggi (D3 dan SPG), sedang sekitar 217 orang ( SMA dan SMP ) dan rendah 337 orang. Tingkat perekonomian masyarakat masih tergolong rendah dan ditambah lagi dengan tingkat pendidikan yang masih relatif rendah sehingga desa ini bisa dikategorikan sebagai desa miskin dan layak mendapatkan bantuan dari pemerintah baik pemerintah daerah maupun dari pemerintah pusat dan mungkin juga dari pihak swasta atau dari lembaga donor.
POTENSI SUMBER DAYA PERIKANAN DAN KELAUTANDesa Darunu merupakan salah satu desa yang berada di pesisir pantai bagian utara Kecamatan Wori, Kabupaten M
inahasa Utara. Karena letaknya di pinggir pantai dan hampir dikelilingi oleh hutan mangrove, desa ini memiliki banyak potensi perikanan dan kelautan. Potensi perikanan dan kelautan yang dimiliki di desa ini seperti
ikan Goropa, Bobara, Baronang belum bahkan tidak diolah sama sekali seperti di daerah - daerah yang lain misalnya membuat keramba atau juga pengembangan jaring apung. Masyarakat di desa ini pada umumnya membeli ikan dari
Manado pada hal mereka berada di pesisir pantai. Menurut mereka pembuatan keramba dan jaring apung itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga sampai saat ini belum ada yang mengolah potensi ini selain hanya menangkap dari alam.
Penangkapan dari alam selain menggunakan alat pancing dan mata kail seperti pada umumnya, nelayan di desa ini juga menggunakan jaring/pukat yang dalam bahasa daerahnya disebut
Darape, namun kegiatan penangkapan ini tidak dilakukan secara rutin karena harus menunggu air laut surut. Dengan menggunakan alat pancing dan kail kebanyakan ikan yang didapat seperti ikan
deho,
malalugis,
geropa dan bobara namun hasil yang didapat tidak terlalu banyak dan kalau dijual langsung habis di desa begitu juga menangkap dengan menggunakan pukat darape hasilnya hanya untuk konsumsi lokal atau di kampung saja. Disamping menggunakan tali pancing, kail dan jaring, masyarakat juga menggunakan racun yang berasal dari akar tumbuhan dan buah pohon yang biasa mereka sebut :
Bori akar dan Bori buah yang menurut pengetahuan lokal bisa membunuh ikan. Mereka menggunakan Bori ini pada saat air laut surut kemudian ditebarkan di dalam kolam - kolam atau dipinggiran pohon bakau yang ada airnya. Ikan yang didapat adalah ikan - ikan kecil dan hanya menjadi konsumsi rumah tangga. Pengetahuan lokal lain untuk menangkap ikan adalah dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana berasal dari anyaman bambu yang biasa mereka sebut
Sakuhee dan kegiatan menangkap ikan dengan menggunakan alat ini dinamakan
Menakuhee.Selain potensi ikan, desa ini juga memiliki potensi kelautan yang lain seperti : udang dan kepiting.
Kepiting bakau banyak terdapat di desa ini tetapi kembali lagi belum ada yang mampu mengolahnya secara maksimal seperti pembuatan empang selain hanya menangkap dari alam. Penangkapan dari alam ini hanya dilakukan oleh satu orang saja yang menggeluti usaha penangkapan kepiting ini, sehingga banyak orang dari luar desa seperti dari Desa Mantehage, Lantung yang datang dan menangkap kepiting ini. Masyarakat di desa ini sudah mendapatkan bantuan untuk kelompok Nelayan dari Departemen Sosial dalam bentuk mesin tempel ( 40 PK ) dan mesin ketinting, Pukat, Lampu, dll namun sampai saat ini belum ada yang mengolah bantuan ini dengan benar.
POTENSI SUMBER DAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNANPada umumnya penduduk desa Darunu bermata pencahrian sebagai petani dan lahan pertanian serta perkebunan mereka ditanami aneka macam tanaman seperti : ubi kayu, pisang, kelapa, cengkeh, pala, mangga, durian, langsa, dll. Untuk Ubi kayu hanya menjadi konsumsi rumah tangga jika persediaan beras sudah habis, sedangkan untuk pisang disamping untuk konsumsi dalam rumah juga untuk dijual ke pasar di Manado. Kelapa lebih banyak dijadikan sebagai kopra dan dijual ke Manado begitu juga dengan cengkeh mangga ,dll. Potensi - potensi yang dimiliki ini banyak dan mereka sudah begitu berusaha sekuat tenaga untuk merubah takdir kehidupan tetapi pada umumnya masyarakat di desa ini tetap berada dalam lingkaran kesulitan ekonomi. Harga jual kelapa (kopra) setiap tahun bukannya meningkat tetapi semakin anjlok, Begitu juga dengan harga cengkeh, harga pisang dan harga komoditas pertaian lainnya dan petani hanya pasrah pada keadaan.
USAHA SIMPAN -PINJAM DI DESA
Dalam desa Darunu, masyarakat membuat usaha simpan - pinjam yang biasa mereka sebut kumpulan dengan bunga 10%/bulan.Untuk mereka yang punya simpanan di dalam kumpulan ini maka mereka akan semakin kaya sedangkan mereka yang melakukan pinjaman maka mereka akan semakin miskin karena kebanyakkan harta benda mereka dijual atau digadaikan untuk membayar utang kumpulan ini.Info lebih jelas klik di
www.lptpmdo.org.